Nama asli Sunan Kudus adalah Ja'far
Shaddiq putra Raden Usman Hajji yang dikenal juga dengan sebutan Sunan Ngudung.
Ngudung adalah daerah Jipang Panolan atau sekitar utara kota Blora sekarang.
Beliau lahir sekitar tahun 1500-an, meninggal tahun 1550 dan dimakamkan Kudus.
Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Palestina dan datang ke Jawa
pada tahun 1436 M. Makamnya terdapat di kota Kudus, sehingga beliau terkenal
dengan sebutan Sunan Kudus.
Ayah beliau adalah Sunan Ngudung
(Raden Usman Hajji) yang termasuk golongan alawiyyin yang diangkat terus hingga
Rasulullah SAW. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra
Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Namun ada pula yang menyebutkan
bahwa ayah Sunan Kudus adalah orang Palestina. Sementara ibunya, Syarifah (adik
Sunan Bonang), adalah anak Nyi Ageng Maloka yang termasuk ke dalam keturunan
keluarga kerajaan Majapahit. Sunan Kudus memiliki dua istri, yaitu Dewi Rukhail
putri Sunan Bonang, dan putri Adipati Jombang, yang dari keduanya beliau memiliki
sembilan anak.
Menurut silsilahnya Sunan Kudus
masih mempunyai hubungan keturunan Nabi Muhammad SAW. Silsilah selengkapnya
adalah: Ja'far Shodiq bin Raden Usman Haji bin Raja Pendeta bin Ibrahim
as-Samarkandi bin Maulana Muhammad Jumadilkubro bin Zaini al-Husein bin Zaini
al-Kubro bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayid Husein bin Ali R.A.
Sunan Kudus muda pernah bertandang
dan bermukim di Timur Tengah untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menimba
ilmu keagamaan. Salah satu kota yang pernah beliau singgahi adalah Al-Quds di
Palestina, yang merupakan tanah leluhurnya dari garis bapaknya, karena Ayahnya
memang berasal dari Palestina. Saat di Palestina itulah Sunan Kudus pernah
menyembuhkan wabah penyakit di daerah Palestina, sehingga atas jasanya tersebut
beliau diberikan hadiah batu prasasti yang sampai sekarang masih ada di masjid
menara Kudus.
Sunan Kudus membangun masjid pada
tahun 956 Hijriah atau 1530 Masehi yang juga dinamakan dengan dengan Masjidil
Aqsha. Dalam prasasti pendirian masjid tertuliskan: "Telah dibangun
Masjidil Aqsha fil Quds". Penamaan ini dimaksudkan meniru apa yang ada di
Palestina, yaitu masjidil Aqsha di Kota Quds. Bentuk kubah besarnya pun identik
dengan bentuk kubah masjid al-aqsha, dan sangat berbeda dengan ornamen masjid
jawa secara umum pada saat itu yang tidak mengenal kubah, sebagaimana masjid
Demak, masjid Kauman dan juga Masjid Agung Surakarta.
Namun dugaan lain menyebutkan bahwa setelah Sunan
Kudus melakukan pengembaraan ilmiah dan napak tilas leluhurnya di Palestina,
beliau begitu terkesan dengan kota Al-Quds itu, dan berniat untuk membuka kota
di Jawa yang bernama Kudus juga. Sebagai pengingat cita-citanya tersebut, tak
lupa ia membawa sebongkah batu itu saat kembali ke tanah air.
Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus
adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari
arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang
melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan
Kudus. Bangunan menara, tersusun dari batu bata dengan bagian kepala menara
berbentuk atap tumpang atau tajuk dari kayu jati dengan empat saka guru.
Dibagian atas menara, diletakkan bedug dan kentongan sebagai pertanda waktu dan
even tertentu".
Menara MesjidAl-Aqsa (Menara Kudus)
Sunan Kudus termasuk dari sekumpulan
walisongo yang aktif berdakwah di seluruh penjuru pulau jawa. Beliau menjadi
rujukan bagi wali songo lainnya meskipun usia beliau masih muda. Bahkan ia
lebih muda dari Sunan Muria, yang nota bene adalah putra dari Sunan Kalijogo.
Meskipun muda secara usia, tapi kiprah dakwah beliau cukup dikenal dikalangan
wali songo lainnya, bahkan hingga dalam urusan politik dan pemerintahan
kerajaan Demak. Pengajian dan ceramah keagamaan sejak awal telah beliau
lakukan, dan beliau juga membina santri-santri untuk secara khusus menimba ilmu
agama. Banyak putra mahkota bupati yang diutus untuk belajar ilmu agama dari
beliau. Hingga saat ini, daerah sekitar menara Kudus pun menjadi kawasan islami
yang ditandai dengan banyaknya pesantren yang berusia puluhan tahun, seperti :
Tasywiquth Thullab Salafiyyah (TBS), Qudsiyah dan Ma'ahid.
Semasa hidupnya Sunan Kudus mengajarkan agama
Islam disekitar daerah Kudus khususnya dan di Jawa Tengah pesisir utara pada
umumnya. Beliau adalah seorang ulama, guru besar agama yang terkenal dengan
keahliannya terutama dalam Ilmu Tauhid, Usul , Hadits, Sastra Mantiq dan
lebih-lebih di dalam Ilmu Fiqih, serta telah mengajar serta menyiarkan agama
Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Oleh sebab itu beliau digelari dengan
sebutan sebagai Waliyyul 'Ilmi. Menurut riwayat, beliau juga termasuk salah
seorang pujangga yang berinisiatif mengarang cerita-cerita pendek yang berisi
filsafat serta berjiwa agama, diantaranya yang terkenal ialah Gending Maskumambang
dan Mijil.
Sunan Kudus berdakwah di sebuah
daerah pesisir sekaligus kaki pegunungan Muria yang masih kental nuansa Jawa
dan ke-Hinduannya. Karenanya, beliau pun memutar otak untuk menjalankan
strategi dakwah yang memikat dan menarik banyak masyarakat. Agar mereka yang
notabene masih banyak penganut Hindu, tidak merasa canggung untuk belajar
keislaman pada beliau.
Sunan Kudus banyak berguru pada
Sunan Kalijaga. Kemudian ia berkelana ke berbagai daerah tandus di Jawa Tengah
seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara berdakwahnya pun meniru
pendekatan Sunan Kalijaga: sangat toleran pada budaya setempat. Cara
penyampaiannya bahkan lebih halus. Itu sebabnya para wali --yang kesulitan
mencari pendakwah ke Kudus yang mayoritas masyarakatnya pemeluk teguh-menunjuknya.
Salah satu ajaran sekaligus budaya
Hindu yang masih mengakar adalah penghormatan terhadap binatang tertentu, atau
sapi pada khususnya. Karena itulah Sunan Kudus melarang santri-santrinya secara
khusus dan masyarakat secara umum untuk menyembelih Sapi. Sebagai gantinya
mereka menyembelih kerbau. Hal ini menjadiikan pengikut Hindu atau mereka yang
baru masuk Islam tambah bersimpati dengan pendekatan seperti itu. Larangan
tersebut hingga hari ini masih dijalankan oleh sebagian besar masyarakat Kudus,
dimana pada saat hari Raya Idul Adha, sangat sedikit yang menyembelih sapi.
Sebagian besar menyembelih kerbau.
Suatu waktu, ia memancing masyarakat
untuk pergi ke masjid mendengarkan tabligh-nya. Untuk itu, ia sengaja
menambatkan sapinya yang diberi nama Kebo Gumarang di halaman masjid.
Orang-orang Hindu yang mengagungkan sapi, menjadi simpati. Apalagi setelah
mereka mendengar penjelasan Sunan Kudus tentang surat Al Baqarah yang berarti
"sapi betina". Sampai sekarang, sebagian masyarakat tradisional Kudus,
masih menolak untuk menyembelih sapi.
Sunan Kudus juga menggubah cerita-cerita
ketauhidan. Kisah tersebut disusunnya secara berseri, sehingga masyarakat
tertarik untuk mengikuti kelanjutannya. Nampaknya Sunan Kudus terinspirasi
dengan kisah 1001 malam dari masa kekhalifahan Abbasiyah. Pada kesempatan lain,
Sunan Kudus mengumpulkan orang-orang saat jelang ramadhan untuk berbagi cerita
dan menyenandungkan tembang tertentu. Salah satu karya beliau adalah
maskumambang yang fenomenal dikalangan orang jawa saat ini. Demikian berulang
setiap tahunnya hingga hari ini menjadi sebuah kebiasaan menjelang ramadhan,
adanya pasar rakyat yang disebut dengan Dandangan.
Bukan hanya berdakwah seperti itu
saja yang dilakukan Sunan Kudus. Sebagaimana ayahnya, beliau juga pernah menjadi
Panglima Perang Kesultanan Demak. Beliau ikut bertempur saat Demak, di bawah
kepemimpinan Sultan Prawata, bertempur melawan Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Daerah Kudus sebelumnya dipimpin oleh Ki Ageng
Telingsing, yang dikisahkan adalah berasal dari Tionghoa dan termasuk dari anak
buah Laksamana Cheng Ho yang berlabuh di Semarang. Sunan Kudus berguru dan
menjadi murid utama dari Ki Ageng Telingsing. Setelah wafat, Sunan Kudus pun
didaulat menjadi pengganti Ki Ageng Telingsing sekaligus pemimpin daerah Tajug,
sebelum diubah menjadi Kudus. Sunan Kudus juga menjadi penasehat
kerajaan Demak, atau dalam istilah lain menjadi Majlis Syuro (Dewan
Pertimbangan) pemerintahan Islami yang dijalankan oleh Kerajaan Demak. Seluruh
keputusan strategis berupa kebijakan perang dan pengangkatan pejabat, semuanya
dilakukan melalui mekanisme musyawarah dalam majelis tersebut.
Sunan Kudus juga menjadi hakim aqung
(qodhi) kerajaan Demak untuk menghakimi urusan-urusan pidana dan pemikiran
secara umum. Beliau juga yang tampil mengadili Syeikh Siti Jenar dan muridnya
Ki Ageng Pengging setelah berdebat dan mengelak saat ditawari untuk kembali ke
jalan yang benar. Pemikiran keduanya diputuskan sesat oleh majlis walisanga
dengan qodhi nya adalah Sunan Kudus.
Sunan Kudus juga terlibat dalam
struktur kemiliteran kerajaan Demak, bahkan menjadi panglima perangnya,
menggantikan ayahnya yang telah wafat. Beliau tampil memimpin beberapa
ekspedisi bersenjata melawan sisa pengaruh Majapahit di bagian timur pulau
Jawa.
Sumber: Hatta Syamsuddin. Sunan Kudus:
Sosok Ulama Negarawan (Bagian 1 dan Bagian 2).
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.