Jumat, 12 Juli 2013

Sosok Teladan Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.



Sabda Rasulullah saw ketika berbicara tentang sosok Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu anhu: “Seandainya keimanan umat ini dibandingkan dengan keimanan Abu Bakar niscaya keimanan Abu Bakar akan mengunggulinya.”
Dalam sabda lain beliau berkata: “Andai saja aku harus memilih rekan dekat teman dekat hidup ini, maka aku akan memiliki Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai teman dekatku. Tapi ia adalah saudaraku (dalam Islam) dan teman (biasaku).”(HR. Bukhari dalam kitab  فضائل الصحابة)

Diriwayatkan ketika Rasulullah hendak hijrah ke kota Madinah beliau memilih sahabat dekatnya itu sebagai pendamping perjalanan pahitnya. Selain dekat secara kekeluargaan, Abu Bakar juga dekat dari segi penerimaan kepada dinulIslam. Malah beliau lah orang kedua setelah Khadijah radiyallahu anha yang memeluk Islam lalu berjuang menyebarkannya. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa demikian agungnya kedudukan agungnya di sisi Allah, Rasulullah saw menyatakan bahwa Abu Bakar orang yang paling istimewadi atas muka bumi ini setelah para nabi Rasulullah saw. 

Perhatikan pula saat rasulullah wafat, Abu Bakar memiliki kepiawaian dalam menjaga stabilitas kondisi para sahabat dan umat Islam saat itu. Abu Bakar lebih mampu dalam mengendalikan diri di tengah hiruk-pikuk umat Islam goncang dengan kewafatan rasulullah saw. Sikap tenangnya sanggup menarik perhatian umat untuk mendengar omongannya daripada Umar bin Khattab yang panik dengan mengatakan sambil menghunuskan pedangnya: “Sungguh Muhammad tidaklah meninggal. Rasulullah hanya ingin pergi sebentar dan akan kembali setelah itu seperti halnya nabi Musa as.” Mendengar pidato dadakan yang ingin mengingatkan tentang kematian Rasulullah, Abu Bakar angkat bicara seolah ingin menyaingi suara Umar. Katanya: “Wahai manusia, barangsiapa yang menyembah Muhammad, kini Muhammad telah pergi. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah akan terus hidup dan tidak pernah mati.” Kemudian dengan penuh antusias Abu Bakara membacakan ayat: “
وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل أفإن مات أو قتل انقلبتم على أعقابكم ومن ينقلب على عقبيه فلن يضر الله شيئا وسنجزى الشاكرين
Artinya: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Qs Ali Imron: 144).
Mendengar pidato tandingan yang diucapkan Abu Bakar, seketika Umar sadar, tubuhnya lunglai dan ia bergumam: “Sungguh mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar, seakan aku baru mendengarnya saat itu juga.”

Pembaca sekalian, perhatikan bagaimana penampilan khalifah Abu Bakar demikian memukau umat Islam yang sedang bingung saat itu. Ayat al-Qur’an yang dilantunkan Abu Bakar dengan penuh ketenangan dirasakan oleh mereka bagaikan lembutnya siraman embun di tengah ketidakpastian dan kegoncangan keyakinan. Ya, sekali lagi, itulah kehebatan al-Qur’an yang telah menggerakkan hati Abu Bakar untuk menenangkan mereka, termasuk Umar sendiri yang rupanya sudah lupa dengan al-Qur’an karena tidak percaya bahwa Rasulullah telah wafat ke hadirat Tuhannya.

Benar, begitulah seharusnya kita mengambil sikap di tengah kegalauan dan ketidakpastikan hidup. Kita jadikan al-Qur’an sebagai tazkiroh (pengingat) di kala kita lupa. Menjadikan al-Qur’an sebagai solusi atas pelbagai problematika hidup yang selalu menghampiri urusan kita. Dan menjadikan al-Qur’an sebagai imam (yang terdepan) di saat hati kita kosong dan lupa daratan seperti yang dialami Umar. Benar apa kata doa yang diajarkan Rasulullah saw kepada kita:
اللهم اجعل القرآن ربيع قلبى ونور صدري وجلاء حزنى وذهاب همى وغمى
Ya Allah, jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pelipur laraku dan penghapus gundah-gulanaku.”

Dan hal yang paling penting apa yang dilakukan Abu Bakar saat itu adalah kekuatan hafalannya. Ia mampu menghadirkan kembali ayat yang telah dilupakan umat. Abu Bakar mampu mengembalikan semangat hidup dan memupuk keyakinan para sahabat lain dengan wahyu Allah swt. Bisa dibayangkan bagaimana situasinya apabila Abu Bakar lupa dengan hafalannya dan tidak seorangpun yang ingat dengan ayat itu. Tentu keadaannya akan tidak menentu dan umat akan resah serta akan menimbulkan kemurtadan secara besar-besaran. Dibacakan ayat saja masih tetap banyak umat Islam yang memberontak menjadi murtad. Apatah lagi jika tidak diingatkan oleh al-Qur’an yang dilantunkan Abu Bakar ash-shiddiq radiyallahu anhu.

Wallahu a'lam bish-showab

Sumber: Dikutip dari buku "Mencetak Muslim Motivator Berbasis al-Qur'an".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar