Sabda Rasulullah saw ketika berbicara tentang sosok Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu
anhu: “Seandainya keimanan umat ini dibandingkan dengan keimanan Abu Bakar
niscaya keimanan Abu Bakar akan mengunggulinya.”
Dalam
sabda lain beliau berkata: “Andai saja aku harus memilih rekan dekat teman
dekat hidup ini, maka aku akan memiliki Abu Bakar ash-Shiddiq sebagai teman
dekatku. Tapi ia adalah saudaraku (dalam Islam) dan teman (biasaku).”(HR.
Bukhari dalam kitab فضائل
الصحابة)
Diriwayatkan
ketika Rasulullah hendak hijrah ke kota Madinah beliau memilih sahabat dekatnya
itu sebagai pendamping perjalanan pahitnya. Selain dekat secara kekeluargaan,
Abu Bakar juga dekat dari segi penerimaan kepada dinulIslam. Malah
beliau lah orang kedua setelah Khadijah radiyallahu anha yang memeluk Islam
lalu berjuang menyebarkannya. Sebagian riwayat menyebutkan bahwa demikian
agungnya kedudukan agungnya di sisi Allah, Rasulullah saw menyatakan bahwa Abu
Bakar orang yang paling istimewadi atas muka bumi ini setelah para nabi
Rasulullah saw.
Perhatikan pula saat rasulullah wafat,
Abu Bakar memiliki kepiawaian dalam menjaga stabilitas kondisi para sahabat dan
umat Islam saat itu. Abu Bakar lebih mampu dalam mengendalikan diri di tengah
hiruk-pikuk umat Islam goncang dengan kewafatan rasulullah saw. Sikap tenangnya
sanggup menarik perhatian umat untuk mendengar omongannya daripada Umar bin
Khattab yang panik dengan mengatakan sambil menghunuskan pedangnya: “Sungguh
Muhammad tidaklah meninggal. Rasulullah hanya ingin pergi sebentar dan akan
kembali setelah itu seperti halnya nabi Musa as.” Mendengar pidato dadakan
yang ingin mengingatkan tentang kematian Rasulullah, Abu Bakar angkat bicara
seolah ingin menyaingi suara Umar. Katanya: “Wahai manusia, barangsiapa yang
menyembah Muhammad, kini Muhammad telah pergi. Dan barangsiapa yang menyembah
Allah, maka Allah akan terus hidup dan tidak pernah mati.” Kemudian dengan
penuh antusias Abu Bakara membacakan ayat: “
وما محمد إلا رسول قد خلت من قبله الرسل أفإن مات
أو قتل انقلبتم على أعقابكم ومن ينقلب على عقبيه فلن يضر الله شيئا وسنجزى
الشاكرين
Artinya:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh
telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh
kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka
ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(Qs Ali Imron: 144).
Mendengar pidato tandingan yang diucapkan
Abu Bakar, seketika Umar sadar, tubuhnya lunglai dan ia bergumam: “Sungguh
mendengar ayat yang dibacakan Abu Bakar, seakan aku baru mendengarnya saat itu
juga.”
Pembaca sekalian, perhatikan bagaimana
penampilan khalifah Abu Bakar demikian memukau umat Islam yang sedang bingung
saat itu. Ayat al-Qur’an yang dilantunkan Abu Bakar dengan penuh ketenangan
dirasakan oleh mereka bagaikan lembutnya siraman embun di tengah ketidakpastian
dan kegoncangan keyakinan. Ya, sekali lagi, itulah kehebatan al-Qur’an yang
telah menggerakkan hati Abu Bakar untuk menenangkan mereka, termasuk Umar
sendiri yang rupanya sudah lupa dengan al-Qur’an karena tidak percaya bahwa
Rasulullah telah wafat ke hadirat Tuhannya.
Benar,
begitulah seharusnya kita mengambil sikap di tengah kegalauan dan
ketidakpastikan hidup. Kita jadikan al-Qur’an sebagai tazkiroh
(pengingat) di kala kita lupa. Menjadikan al-Qur’an sebagai solusi atas
pelbagai problematika hidup yang selalu menghampiri urusan kita. Dan menjadikan
al-Qur’an sebagai imam (yang terdepan) di saat hati kita kosong dan lupa
daratan seperti yang dialami Umar. Benar apa kata doa yang diajarkan Rasulullah
saw kepada kita:
اللهم اجعل القرآن ربيع قلبى ونور صدري وجلاء
حزنى وذهاب همى وغمى
“Ya
Allah, jadikanlah al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya dadaku, pelipur
laraku dan penghapus gundah-gulanaku.”
Dan
hal yang paling penting apa yang dilakukan Abu Bakar saat itu adalah kekuatan
hafalannya. Ia mampu menghadirkan kembali ayat yang telah dilupakan umat. Abu
Bakar mampu mengembalikan semangat hidup dan memupuk keyakinan para sahabat
lain dengan wahyu Allah swt. Bisa dibayangkan bagaimana situasinya apabila Abu
Bakar lupa dengan hafalannya dan tidak seorangpun yang ingat dengan ayat itu.
Tentu keadaannya akan tidak menentu dan umat akan resah serta akan menimbulkan
kemurtadan secara besar-besaran. Dibacakan ayat saja masih tetap banyak umat
Islam yang memberontak menjadi murtad. Apatah lagi jika tidak diingatkan oleh
al-Qur’an yang dilantunkan Abu Bakar ash-shiddiq radiyallahu anhu.
Wallahu
a'lam bish-showab
Sumber:
Dikutip dari buku "Mencetak Muslim Motivator Berbasis al-Qur'an".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar