Penulis : Al Ustadz Abu
Hamzah Al Atsari
Anak adalah harapan di masa yang akan datang.
Kalimat ini seringkali kita dengar dan amat lengket di benak kita. Tak ada yang
memungkiri ucapan itu, karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekedar
ungkapan perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka.
Karenanya sudah semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya
sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam.
Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah
keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak lalu
kemudian kedua orangtuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Sesungguhnya
anak itu adalah amanat bagi kedua orangtuanya. Di saat hatinya masih bersih,
putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka
ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat.
Sebaliknya jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk serta
ditelantarkan bagaikan binatang, maka akan tumbuh menjadi seorang yang
berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan
dipikul kedua orangtua dan umat umumnya apabila meremehkan pendidikan anak-anaknya.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, "Bila terlihat kerusakan pada diri
anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orangtuanya." Maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firmanNya, "Hai
orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS At Tahrim: 6). Berkata Amirul Mukminin Ali Radiyallahu ‘anhu,
"Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan
bimbinglah mereka.".
Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda,
"Sesungguhnya Allah Ta'ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas
apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga
seseorang akan bertanya kepada keluarganya." (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady
dalam Al Kamil, dan Abu Nu'aim dalam Al Hilyah dan dishohihkan oleh Al Hafizh
dalam Al Fath 13/113). Demikian pula dalam Shohih Bukhori dan Muslim,
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Bertaqwalah kalian
kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anakmu." Sikap adil dan
kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari mereka kebaikan, para
orangtua menjadikan dirinya sebagai madrasah bagi mereka.
Ali bin Abi Tholib sejak kecil menemani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam
bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok
teladan bagi para pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad
dan yang menjadi mertuanya Khodijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan
Abdullah bin Ja'far, seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah
bimbingan ibunya Asma binti Umais.
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- lihatlah bagaimana para pendahulu kita
yang sholih, mereka mengerahkan segala usaha dan waktunya dalam rangka
mentarbiyah anak-anaknya yang kelak menjadi penentu baik buruknya masa depan
umat. Jangan sampai seorang pun di antara kita berprasangka mencontoh para pendahulu
yang sholih adalah berarti kembali ke belakang, kembali ke zaman baheula
(istilah orang Sunda).
Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah dibutuhkan di zaman
yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat dan syubhat yang terus memburu
anak-anak kita dari segala arah dihembuskan oleh da'i-da'i sesat yang berada di
pintu-pintu neraka jahanam. Allah berfirman, "... sedang orang-orang yang
mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari
kebenaran)." (QS An Nisaa: 27).
Siapa menggembala kambing di tempat rawan binatang buas
Kemudian lalai darinya, singa akan merebut gembalaannya.
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- Islam sebagai agama yang universal tentu
tidaklah mengesampingkan tarbiyah anak, bahkan tarbiyah anak adalah sorotan
utama dalam Islam sebab Islam adalah agama tarbiyah. Dengan posisi tarbiyah anak
yang demikian pentingnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan wasiat
Luqman, seorang hamba yang sholih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para
murobbi / pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wassalam sebagai seorang rosul sekaligus menjadi imam para murobbi
dunia.
Ilmu itu adalah ucapan Allah dan ucapan rosulNya
Sedang selain dari itu adalah bisikan-bisikan syaithon.
Alangkah baik bila penulis uraikan beberapa langkah dasar dalam mendidik anak
yang disarikan dari Al Kitab dan Sunnah.
Pertama: mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah
kepadaNya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selainNya, tidak ada
yang ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling urgen di atas
hal-hal penting lainnya.
Kedua: mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjama'ah.
Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua
orangtua, dan kepada orang lain.
Keempat: mendidik mereka agar taat kepada kedua orangtua dalam hal yang bukan
maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan rosulNya yang mutlak.
Kelima: menumbuhkan pada diri mereka sikap muroqobah merasa selalu diawasi
Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apapun dan tidak merendahkan
kebaikan walau sedikit.
Keenam: memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilul mukminin al
muwahhidin (jalannya mukminin yang bertauhid), salafush sholih generasi terbaik
umat ini, dan memberikan loyalitas kepada mereka.
Ketujuh: mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah.
Kedelapan: menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan rujulah
serta syaja'ah (kejantanan dan keberanian). Dan masih banyak lagi selain apa
yang penulis uraikan di sini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita
anak-anak yang sholih. Amin ya Mujiibas sailiin. Allah berfirman, "Dan
orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang bertaqwa." (QS Al Furqoon: 74).
Para pembaca -semoga dirahmati Allah- begitulah memang seharusnya pendidikan
anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi para orangtua, menelantarkannya
berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya adalah
berarti membiarkan kehancuran anak, orangtuanya, umat, bangsa, dan negara.
Sedangkan mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang cerah yang berarti
juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua orangtuanya di surga.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, "Akan diangkat derajat
seorang hamba yang sholih di surga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Rabb apa
yang membuatku begini?" Kemudian dikatakan padanya, "Permohonan ampun
anakmu untukmu." (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairoh). Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman, "Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka,
dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia
terikat dengan apa yang dikerjakannya." (QS Ath Thuur: 21). Allah-lah yang
memberi taufiq kepada apa yang dicintaiNya dan diridloiNya.
Walhamdulillahi robbil 'alamin. Wal Ilmu indallah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar