Senin, 24 Juni 2013

Rokok Kiai



Waktu Kang Oding mesantren, santri-santri dilarang merokok. Dan  kiai (ajengan) pengasuh pesantren tidak segan-segan memberikan takzir (hukuman) setimpal pada santri yang melanggar. Namun ada saja santri nakal yang melakukan pelanggaran.
Beberapa gelintir santri yang tidak tahan ingin merokok (termasuk Kang Oding) mencari-cari kesempatan di malam hari, pada saat gelap di sudut-sudut asrama atau di gang-gang kecilnya, atau di tempat jemuran pakaian atau di pekarangan kiai.
Suatu malam Kang Oding ingin melakukan aksinya. Ia bergegas ke kebun blimbing. Ia dekati seorang temannya di kejauhan sedang menyalakan rokok.
“Kang, join rokoknya ya…” katanya sambil menyodorkan jari tengah dan telunjukknya.
Temannya langsung menyerahkan rokok yang dipegangnya.
Kang Oding langsung mengisapnya. “Alhamdulillah, nikmatnya…” katanya. Diteruskan dengan isapan kedua.
Rokok semakin menyala, dan… dalam gelap dengan bantuan nyala rokok itu lamat-lamat ia baru sadar siapa yang sedang dimintainya rokok. Namun Kang Oding belum yakin dan diteruskan dengan isapan ketiga… Rokok semakin menyala terang.
Ternyata… yang dia mintai rokok adalah kiainya sendiri.
Kang Oding kaget dan ketakutan. Dia langsung kabur. Lari tunggal langgang tanpa sempat mengembalikan rokok yang dipinjamnya.
Sang kiai marah besar: “Hei rokok saya jangan dibawa, itu tinggal satu-satunya……!!!!!....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar