Sunan
Ampel adalah salah satu wali songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di
tanah Jawa. Nama aslinya adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah. Beliau
merupakan seorang figur yang alim, bijak, berwibawa dan banyak mendapat simpati
dari masyarakat.
Sunan
Ampel diperkirakan lahir tahun 1401 di Champa, Kamboja. Beliau adalah keturunan
dari Ibrahim Asmarakandi, salah satu Raja Champa yang kemudian menetap di
Tuban, Jawa Timur.
Saat berusia
20 tahun, Raden Rahmat atau Sunan Ampel sudah dikenal pandai dalam ilmu agama,
bahkan dipercaya Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di
Surabaya. Kemudian beliau memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa, tepatnya di
Surabaya yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di bawah Raja
Brawijaya yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut.
Tugas
khusus Sunan Ampel di Tanah Jawa adalah untuk mendidik moral para bangsawan dan
kawula Majapahit. Untuk itu Raden Rahmat dipinjami oleh Raja Majapahit berupa
tanah seluas 12 hektar di daerah Ampel Denta atau Surabaya untuk syiar agama
Islam. Karena tempatnya itulah, Raden Rahmat kemudian akrab dipanggil Sunan
Ampel.
Sunan
Ampel memimpin dakwah di Surabaya dan bersama masyarakat sekitar membangun
masjid untuk media dakwahnya yang kini dikenal sebagai Masjid Ampel. Dahulu
Masjid Ampel terletak di dalam wilayah kerajaan Majapahit. Di tempat inilah
Sunan Ampel menghabiskan masa hidupnya hingga wafat tahun 1481.
Masjid dan komplek makam Sunan Ampel
Masjid
Ampel merupakan masjid tertua ke tiga di Indonesia, didirikan tahun 1421 oleh
Sunan Ampel, dibantu sahabat karibnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji, serta
santrinya. Masjid ini dibangun di atas sebidang tanah seluas 120 x 180 meter
persegi di Desa Ampel (sekarang Kelurahan Ampel), Kecamatan Semampir Surabaya.
Sunan Ampel juga mendirikan Pondok Pesantren Ampel.
Bangunan
lain yang menjadi ciri khas masjid ini adalah menara setinggi 50 meter. Dahulu,
menara ini berfungsi sebagai tempat azan. Di sebelah menara terdapat kubah
berbentuk pendopo jawa, dengan lambang ukiran mahkota berbentuk matahari, yang
merupakan lambang kejayaan Majapahit.
Di tempat
ini juga terdapat sumur bersejarah. Namun kini sudah ditutup dengan besi. Air
sumur ini dipercaya memiliki kelebihan seperti air zamzam di Mekkah. Khasiatnya
beragam, diantaranya dipercaya dapat menjadi obat. Para peziarah sering membawa
air ini sebagai oleh-oleh.
Masjid
Agung Sunan Ampel atau yang lebih dikenal dengan Masjid Ampel adalah masjid
paling terkenal dan suci bagi umat Muslim di Surabaya, setelah Masjid Akbar
Surabaya. Hingga tahun 1905, Masjid Ampel adalah masjid terbesar kedua di
Surabaya.
Makam Sunan Ampel bersebelahan dengan makam istri
pertamanya, Nyai Condrowati, yang merupakan keturunan Raja Brawijaya V. Makam
Sunan Ampel bersama istri dan lima kerabatnya dipagari baja tahan karat
setinggi 1,5 meter, melingkar seluas 64 meter persegi. Khusus makam Sunan Ampel
dikelilingi pasir putih.
Di komplek makam
Sunan Ampel ini terdapat juga makam para pengawal dan santri-santri Sunan
Ampel, diantaranya makam Mbah Soleh yang berjumlah sembilan dan makam Mbah
Sonhaji atau Mbah Bolong. Konon Mbah Soleh meninggal sembilan kali, karena itu
makamnya ada Sembilan. Terdapat pula makam seorang pahlawan nasional, KH. Mas
Mansyur.
Semasa hidupnya Mbah
Bolong atau Mbah Sonhaji ahli dalam menentukan arah mata angin, terutama untuk
menentukan arah kiblat. Di dekat makam Mbah Bolong terdapat 182 makam syuhada
haji yang tewas dalam musibah jemaah haji Indonesia di Maskalea-Colombo, Sri
Lanka pada 4 Desember 1974. Sedangkan Mbah Soleh adalah pembantu Sunan Ampel
yang bertugas membersihkan Masjid Sunan Ampel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar