Suatu hari di bulan puasa, Wa Oding sedang
bertengkar hebat dengan Wa Oneng, kemudian mereka tidak bertegur sapa. Wa Oding khawatir
tidak bisa bangun untuk makan sahur. Sebab selama ini Wa Oneng yang selalu
setia membangunkan dan menyiapkan makan sahur. Karena bingung, kepada siapa dia
akan minta dibangunkan untuk sahur. Mau menegur Wa Oneng duluan, itu tidak
mungkin dia lakukan, gengsi dan harga diri serta hatinya lagi sewot bukan
kepalang.
Akhirnya, Wa Oding memutuskan untuk menulis sebuah pesan pada
selembar kertas. “Neng, tolong bangunkan aku pukul tiga untuk makan sahur”
begitu bunyi pesan singkat yang dia tulis dan letakkan di atas meja.
Tapi apa
mau dikata, ketika terjaga, Wa Oding melihat jam ternyata sudah pukul 5 pagi
dan iqamat subuh baru terdengar dari Mesjid At Taqwa. “Waduh… nggak sahur
dong. Kenapa bini ane nggak bangunin ane ya…”. gerutunya dalam hati.
Di atas
meja tempat ia meninggalkan pesan tadi malam, ia mendapati secarik kertas
berisi pesan balasan dari sang istri. “Kang, bangun. Kang, bangun. Kang, bangun…..
katanya minta dibangunin. Ini sudah pukul tiga tiga puluh menit, sebentar lagi
imsak lho. Saya sudah bangunin sampai empat kali lho… tuh makanan juga sudah
siap”. begitu bunyi pesannya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar