Rabu, 10 Juli 2013

Abu Nawas Memanah



Saat itu bulan Ramadhan dan Abu Nawas sedang puasa. Raja ingin juga mempermalukan Abu Nawas. Karena Abu Nawas cerdas dan cerdik, ia tidak mau mengambil resiko beradu pikiran. Maka diundangnya Abu Nawas ke tengah-tengah prajuritnya. Dunia prajurit, dunia otot dan ketangkasan.

“Ayo Abu Nawas,” kata Raja, “Di hadapan para prajuritku, tunjukkanlah kemampuanmu memanah. Panahlah sekali saja. Kalau panahmu dapat mengenai sasaran, hadiah besar menantimu. Tapi kalau gagal, engkau harus merangkak jalan pulang ke rumahmu.”

Abu Nawas terpaksa mengambil busur dan tempat anak panah. Dengan memantapkan hati, ia membidik sasaran, dan mulai memanah. Panah melesat jauh dari sasaran. Segera setelah itu, Abu Nawas berteriak, “Demikianlah gaya Tuan Wazir memanah.”

Segera dicabutnya sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Masih juga panah meleset dari sasaran. Abu Nawas berteriak lagi, “Demikianlah gaya penghulu kota memanah.”

Abu Nawas segera mencabut sebuah anak panah lagi. Ia membidik dan memanah lagi. Kebetulan kali ini panahnya menyentuh sasaran. Abu Nawas pun berteriak lagi, “Dan yang ini adalah gaya Abu Nawas memanah. Untuk itu kita tunggu hadiah dari Paduka Raja.”

Sambil menahan tawa, Raja menyerahkan hadiah untuk Abu Nawas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar